Senin, 04 Agustus 2014

AKHLAK YANG MULIA DALAM DUNIA MAYA


Mengemukakan pendapat adalah hak setiap orang. Memiliki pendapat
yang berbeda juga sah-sah saja. Namun, bukan berarti kita lantas mengabaikan etika, melupakan sopan santun dalam melakukannya.
Sabda Rasulullah saw. berikut ini mungkin sudah sering kita dengar:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Bukhari).
Demikian halnya saat menggunakan lisan kita, tentu tidak berbeda ketika kita menggunakan bahasa tulisan. Saat ini, di zaman internet dan media sosial, cara yang kedua tampaknya memberikan lebih banyak tantangan dalam hal mengendalikan perkataan kita.
Apa yang rasanya sulit hingga mustahil kita katakan kepada orang lain di dunia nyata, entah karena tidak pantas, kasar, atau memalukan, bisa menjadi mudah disampaikan melalui tulisan di dunia maya.
Mungkin karena tidak bertatap muka, tidak perlu mengeluarkan suara, bahkan tidak jarang kita juga tidak mengenal orang tersebut di dunia nyata, kita lantas jadi lebih berani berkata-kata. Sayangnya, jika tidak diperhatikan, “keberanian” kita itu bisa jadi kebablasan, keluar dari batas-batas kewajaran dan kesopanan.
Mudah saja kita kemudian menghina dan merendahkan orang lain. Memberi komentar tanpa mempedulikan perasaan, mengeluarkan kata-kata yang kasar sampai makian. Mulai dari teman sampai orang asing yang kita tidak mengetahui apapun mengenainya, sembarang kata keluar dengan mudahnya untuk menilai dan menghakimi siapa saja.
Betapa mudah kita kemudian menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Tanpa memeriksa sebelumnya, tidak juga menyebarkan klarifikasinya saat setelahnya ditemukan bahwa berita tersebut tidak benar.
Perkataan yang buruk mencoreng nama baik diri sendiri, berita yang salah dapat menjadi fitnah. Keduanya menyakiti orang lain dan menambah timbangan keburukan kita.
Baik di dunia nyata ataupun maya, dengan perbuatan, lisan atau tulisan, akhlak kita sebagai seorang muslim harus selalu dijaga. Pendapat boleh berbeda, pertengkaran sebisa mungkin dihindari saja. Biasakan berprasangka baik dan menghargai lawan bicara, jangan pula mudah dihasut dan diadu domba.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat: 6).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar