Senin, 04 Agustus 2014

RAHASIA DI BALIK SHALAWATNYA ALLAH SWT. KEPADA RASULULLAH SAW.


Rais Am Jam’iyah Ahlut Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah, sekaligus ketua umum thariqah sufi sedunia, Maulana Al-Arifbillah Al-Habib M. Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Pekalongan, menjelaskan perihal rahasia di balik bacaan shalawat Allah kepada nabiNya.
“Saya kagum terhadap satu ayat yang mengangkat kebesaran Nabi Muhammad saw dan memerintahkan untuk membaca shalawat,” tutur Habib Luthfi yang kemudian membacakan ayat al-Quran yang berisi perintah shalawat Nabi Saw.
(Allah Swt. telah memerintahkan shalat, tetapi Allah mustahil shalat. Allah Swt. memerintahkan zakat, tetapi Allah Swt. tidak zakat. Allah Swt. memerintahkan haji, tetapi Allah Swt. tidak haji. Namun kalau shalawat Nabi, Allah Swt. bershalawat kepada Baginda Nabi Saw. Itulah tingkat perbedaan yang sangat jauh, menunjukkan keistimewaan dan keagungan shalawat).
Kenapa redaksi pada ayat memakai “’ala an-Nabiy”, bukan “‘ala Muhammad”? Karena yang dijunjung oleh Allah adalah pangkatnya Kanjeng Nabi Saw. Allah Swt. memberikan contoh langsung kepada hambaNya tentang bgaimana memberikan penghargaan kepada Nabi Saw. dengan tidak mengucapkan namanya saja (Muhammad), akan tetapi dengan pangkatnya. Tak ada satupun ayat dalam al-Quran Allah Swt. memanggil Nabi Muhammad Saw. dengan namanya belaka.
Sedangkan kalimat “yushalluna ‘ala an-Nabiy”, bukan menggunakan kalimat madhi (masa lampau) tetapi mudhari’ (masa sekarang dan seterusnya). Artinya rahmat Allah Swt. kepada Kanjeng Nabi Saw. sampai besok di akherat. Dan shalawatnya Allah Ta’ala bukan “Allahumma shalli ‘ala Muhammad”, tetapi rahmatan maqrunatan bita’dzimin (rahmat kasih sayang yang dibarengi dengan pengagungan). Maksudnya, Allah memberi shalawat kepada Nabi Saw. bukan sejak beliau diangkat menjadi Nabi, tetapi sudak sejak zaman azali.
Ayat itu juga merupakan bentuk kemuliaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Kemuliaan yang membedakan beliau dengan makhluk yang lain. Segala sesuatu yang diciptakan Allah tidak diciptakan percuma, semuanya juga memiliki kelebihan tersendiri, yang membedakan satu dengan yang lain. Maka tidak mustahil kalau Allah memberi kemuliaan (perintah shalawat) ini kepada Kanjeng Nabi Saw.
Kemuliaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. itu merupakan kewenangan Allah. Jangankan untuk memuliakan nabi, bahkan setiap tumbuhan dan segala sesuatu diciptakan Allah dengan kemuliaannya masing-masing. Yen Allah Ta’ala ngersaake niku mboten onten seng mustahil, serba mungkin (Jika Allah Swt. menghendaki itu tidak ada yang mustahil, semuanya serba mungkin).
Ketika kita mengucapkan shalawat kepada Nabi Saw., maka akan timbul cinta kepada beliau Saw. Dengan demikian, kita akan semakin banyak melakukan sunnah-sunnah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.”

AKHLAK YANG MULIA DALAM DUNIA MAYA


Mengemukakan pendapat adalah hak setiap orang. Memiliki pendapat
yang berbeda juga sah-sah saja. Namun, bukan berarti kita lantas mengabaikan etika, melupakan sopan santun dalam melakukannya.
Sabda Rasulullah saw. berikut ini mungkin sudah sering kita dengar:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Bukhari).
Demikian halnya saat menggunakan lisan kita, tentu tidak berbeda ketika kita menggunakan bahasa tulisan. Saat ini, di zaman internet dan media sosial, cara yang kedua tampaknya memberikan lebih banyak tantangan dalam hal mengendalikan perkataan kita.
Apa yang rasanya sulit hingga mustahil kita katakan kepada orang lain di dunia nyata, entah karena tidak pantas, kasar, atau memalukan, bisa menjadi mudah disampaikan melalui tulisan di dunia maya.
Mungkin karena tidak bertatap muka, tidak perlu mengeluarkan suara, bahkan tidak jarang kita juga tidak mengenal orang tersebut di dunia nyata, kita lantas jadi lebih berani berkata-kata. Sayangnya, jika tidak diperhatikan, “keberanian” kita itu bisa jadi kebablasan, keluar dari batas-batas kewajaran dan kesopanan.
Mudah saja kita kemudian menghina dan merendahkan orang lain. Memberi komentar tanpa mempedulikan perasaan, mengeluarkan kata-kata yang kasar sampai makian. Mulai dari teman sampai orang asing yang kita tidak mengetahui apapun mengenainya, sembarang kata keluar dengan mudahnya untuk menilai dan menghakimi siapa saja.
Betapa mudah kita kemudian menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Tanpa memeriksa sebelumnya, tidak juga menyebarkan klarifikasinya saat setelahnya ditemukan bahwa berita tersebut tidak benar.
Perkataan yang buruk mencoreng nama baik diri sendiri, berita yang salah dapat menjadi fitnah. Keduanya menyakiti orang lain dan menambah timbangan keburukan kita.
Baik di dunia nyata ataupun maya, dengan perbuatan, lisan atau tulisan, akhlak kita sebagai seorang muslim harus selalu dijaga. Pendapat boleh berbeda, pertengkaran sebisa mungkin dihindari saja. Biasakan berprasangka baik dan menghargai lawan bicara, jangan pula mudah dihasut dan diadu domba.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat: 6).

FAM ATAU QOBILAH DZURIAH ROSUL ( HABIB )

NAMA-NAMA KELUARGA (FAM / QABILAH)
ALAWIYYIN (SYAYID N SYARIFAH)
Menampilkan kesemua 9 kiriman.
Berikut Nama-nama keluarga Ba'alwy
(Alawiyyin)
yang sampai saat ini masih ada keturunannya
(tidak terputus) yaitu :
1. Mauladdawilah
2. Muqeybel
3. Maulakhailah
4. Bin Sahil Khailah
5. Bin Yahya
6. Bahsin Al-Mahar
7. Ba'bud Khurbashan
8. Al-Mahjub
9. Al-Hinduan
10. Assegaf
11. As-Shafi Assegaf
12. Alaydrus
13. Al-Bayti
14. Ba'agil
15. Bahsin
16. Al-Musawa
17. Al-Fakher
18. Al-Mahjub
19. Bin Quthban
20. Al-Munawwar
21. Al-Musyayyach
22. Al-Wahath
23. Banahsan
24. Bin Shahab
25. Al-Hadi
26. Al-Masyhur
27. Az-Zahir
28. Bin Agil
29. Al-Atthas
30. Bin Syaich Abu Bakar
31. Al-Muhdhor
32. Al-Hiyed
33. Al-Khamur
34. Al-Hamid
35. Abu Futaym
36. Al-Haddar
37. Bin Jindan
38. Al-Masileh
39. Barroum
40. Al-Junaid Al-Akhdhor
41. As-Syilli
42. Babereyk
43. Kherid
44. Baraqbah
45. Ba'bud Dibjan
46. Al-Manfar
47. Bin Hamid Manfar
48. Marzaq
49. Al-Masyhur Marzaq
50. Mudhir
51. Al-Mutohhar
52. Abu Numai
53. Abu Numai As-Syathiri
54. Al-Madihij
55. Fad'aq
56. Al-Habsyi
57. Asshatiry
58. Basyaiban
59. Jamalullail
60. Bin Sahil
61. Bahasan
62. Al-Qadri
63. Baharun
64. As-Sirri
65. Al-Junaid
66. Bilfaqih
67. Al-Baidh
68. Balghaits
69. Al-Jufri
70. As-Shafi Al-Jufri
71. Al-Bahar
72. Al-Kaaf
73. Ba'umar
74. Al-Baar
75. Ba'ali
76. Al-Khaidah
77. Al-Hamel
78. Khaneyman
79. Al-Haddad
80. Bafaraj
81. Basakutah
82. Basurrah
83. Al-Hudayli
84. Al-Auhaj
85. Al-Bayti Auhaj
86. Aidid
87. Bafaqih
88. Bahasyim
89. An-Nadhir
90. Bin Smith
91. Bin Thahir
92. Ba'bud Maghfun
93. Aal-Adzamat Khan (data silsilah tidak
tercatat)
Sedangkan nama-nama qabilah Ba'Alwy
(Alawiyyin) yang diperkirakan saat ini sudah
tidak
ada keturunannya (terputus) antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Al-Ibrahim
2. Al-Ismail
3. Al-Barakat
4. Al-Babathinah
5. Jadid
6. Hamdun
7. Al-Dahum
8. Al-Dzi'bu
9. Ar-Rusy
10. Al-Battah
11. At-Turabi
12. Al-Jazirah
13. Hamidan
14. Al-Balahsyasy
15. Al-Khuun
16. Al-Rausyan
17. As-Sakran
18. Al-A'yun
19. Al-Basri
20. A-Bajahdab
21. Al-Jannah
24. Al-Dzahb
25. Ar-Rukhailah
26. Al- Bin Semithan
27. Al-Basyamilah
28. As-Syahid
29. Ad-Dhu'ayyif
30. Al-Ghazali
31. Al-Ghumri
32. Al-Faqih
33. Al-Qaidhi
34. Al-Karisyah
35. Abu Maryam
36. Al-Maqdi
37. Al-Maknun
38. Al-Wara'
39. Al-Syabsabah
40. As-Syanbal
41. Bin Syaikhan
42. As-Shadiq
43. At-Toha
44. Al-Adeni
45. Al-Ali Lala
46. Al-Muqlaf
47. An-Nuqa'i
48. As-Syaibah
49. Al-Ghusn
50. Al-Ghaidi
51. Al-Fardhi
52. Al-Qari'
53. Al-Kadad
54. Al-Maghrum
55. An-Nahwi
56. Al-Jailani
Keluarga Alawiyyin diatas adalah keturunan
dari
Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa
bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi, sedangkan
yang
bukan dari keturunan Alwi bin Ubaidillah bin
ahmad
bin Isa bin Muhammad bin ali al-Uraidhi adalah
sebagai berikut (diantaranya adalah keturunan
dari
al-Hasani) :
1. Al-Hasni
2. Al-Mashur Al-Hasni
3. Al-Jailani
4. Al-Musa al-Kadzim
5. Al-Qadiri
6. Al-Barakwan
7. Al-Maghrabi
8. Al-Mahdali
9. Ar-Rifa'i
10. Al-Anggawi
11. Bin Syuaib
12. Al-Balakhi
13. Al-Qudsi
Sedangkan yang tidak berada di Indonesia
doperkirakan lebih dari tiga puluh qabilah,
diantaranya Abu Numai al-Hasni yaitu leluhur
almarhum Raja Husein (Yordania) dan
sepupunya
almarhum Raja Faisal (mantan Raja Iraq) dan
qabilah al-Idrisi, yaitu leluhur mantan raja-raja
di
Tunisia dan Libya.
* sumber : Maktab Daimi - Rabithah Alawiyah
DAFTAR QABILAH ALAWIYYIN.
KELUARGA KETURUNAN AL-HUSAINI
Al-Ustadz al-A’dzham
Asadullah Fi Ardhihi
Al-A’yun
Al-Bar
Al-Battah
Al-Bahar
Al-Ibrahim
Al-Barakat
Al-Barum
Al-Basri
Al-Babathinah
Al-Baiti
Al-Biedh
Al-Babarik
Al-Turobi
Al-Bajahdab
Jadid
Al-Jufri
Jamalullail
Bin Jindan
Al-Jannah
Al-Junaid
Al-Junaid al-Achdor
Al-Hamid
Al-Habsyi
Al-Haddad
Al-Bahasan (Banahsan)
Al-Bahusein
Al-Hiyyed
Al-Chirrid
Chaneman
Chamur
Maula Chailah
Al-Chuun
Maula Dawilah
Al-Dzi’bu
Baraqbah
Al-Ruhailah
Al-Zahir
Al-Basakutah
Assegaf
Al-Sakran
Bin Semith
Bin Semithan
Al-Siry
Al Bin Sahal
Al-Syatri
Al-Syabsyabah
Al-Syili
Basyumailah
Bin Syahab
Basyaiban
Bin Syekh Abubakar
Al-Syaichon & Bin Syaichon
Sohib al-Hamra’
Shahib al-Huthoh
Shahib al-Syi’ib
Shahib Qasam
Shahib Mirbath
Shahib Maryamah
Basuroh
Al-Shulaibiyah
Al-Shofi al-Jufri
Al-Shofi Assegaf
Al-Thaha
Al-Thahir/Bin Thahir
Al-Adeni
Al-Azhamat Chan (data tak tercatat udah 500
tahunan yang lalu)
Al-Aqil
Al-Ba’aqil
Al-Ba’alawi
Al-Ali Lala
Alatas
Al-Aydrus
Al-Aidid
Ba’Umar (Ba’mar)
Al-Auhaj
Ba’bud
Al-Ghazali
Al-Ghusnu
Al-Ghamri
Balghaits
Al-Ghaidi
Al-Fad’aq
Bafaqih
Bilfaqih
Al-Faqih al-Muqaddam
Bafaraj
Al-Abu Futhaim
Al-Fardy
Al-Qadri
Bin Quthban
Al-Qari’
Al-Kaf
Al-Muhdhar
Al-Muhdhar BSA
Al-Mahjub
Al-Maknun
Al-Masyhur
Al-Marzaq
Al-Maqaddy
Al-Mugebel
Al-Musayah
Al-Musawa
Al-Munawwar
Al-Madehij
Al-Mutahar
Al-Nahwi
Al-Nadhir
Al-Abu Numay
Al-Haddar
Al-Hadi
Al-Hinduan
Baharun
Bahasyim
Bin Yahya
Al-Balkhi
Al-Kadzimi
DARI KETURUNAN SAYYIDINA HASAN RA.
Al Hasni
Al Anggawi
Al Jailani
Al Baragwan
Taba' Tabai
Abu Numai AL Hasani
Bin Syu'aib
Al Qodirie
Al Hijari
Al Mahbubi
Az Zawawi
Dll.
KELUARGA AL IMAM MUSA AL KADZIEMI
AL KADZIEMI AL MUSAWI
AL BUKHARIE
AL AHDAL/AL MAHDALI
AL BALKHI
Dll.
Kutipan Favorit · Sunting
ahlul bait dalam Al Qur'an
Para Malaikat itu berkata: Apakah kamu
merasa
heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah)
rahmat Allah dan Keberkatan-Nya, dicurahkan
atas
kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha
Terpuji lagi Maha Pemurah
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu,
Hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu
sebersih
bersihnya.
_____________________________________________
____
Tata Krama Ahlul Bait.
Jika Habib menikah dengan wanita ahwal anak
lelakinya bernama sayyid dan anak wanitanya
bernama Ipa
Jika syarifah menikah dengan lelaki ahwal atau
arab syeik maka abisnya nasab alawiyyin-nya.
Jika Habib menikah dengan Syarifah barulah
anak
lelakinya bernama Habib dan anak wanitanya
bernama Syarifah.
Keistimewaan ahlul bait
Sabda Rasulullah SAW: "Mengapa ada orang-
orang yang mengatakan bahwa hubungan
kekerabatan dengan Rasulullah tidak
bermanfaat
pada hari kiamat? Sungguhlah, kekerabatanku
berkesinambungan di dunia dan akhirat"
Sabda Rasulullah SAW: "Bintang-bintang
adalah
keselamatan bagi penghuni langit, sedang ahlul-
baitku keselamatan bagi penghuni bumi"
Ahlul bait adalah bekal dari Rasulullah
Sahih Muslim: Zain bin Arqam berkata
Rasulullah
bersabda: "Amma ba'du. Hai sekalian manusia,
sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Utusan
Tuhanku (Malaikat Maut) hampir tiba dan aku
harus memenuhi panggilanNya. Aku tinggalkan
pada kalian Ath-thaqalain (dua bekal berat).
Yang
pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) , di
dalamnya terdapat petunjuk dan cahay terang.
Maka amalkan dan berpeganglah padanya".
"Dan
ahlul-baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah
mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan kalian
kepada
Allah mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan
kalian
kepada Allah mengenai ahlul-baitku"
Manfaat mencintai ahlul-bait
Hadis riwayat Imam Ahmad bin Hambal:
"Barangsiapa mencitaiku dan mencintai
keduanya
itu (yakni Al Hassan dan Al-Hussein) serta
mencintai ibu dan bapa mereka, yakni Fatimah
az-
Zahra dan Sayyidina 'Ali - kemudian ia
meninggal
dunia sebagai pengikut sunnahku, ia bersamaku
di
dalam syurga yang sederajat"
"Pada hari kiamat aku akan akan menjadi
syafi' (penolong) bagi empat golongan. Yang
menghormati keturunanku; yang memenuhi
keperluan mereka; yang berupaya membantu
urusan mereka pada waktu diperlukan dan yang
mencintai mereka sepenuh hati"
Wasiat agar umat Islam mencintai ahlul-bait
Hadis riwayat At -Thabarani dan lain-lain:
"Belum
sempurna keiimanan seorang hamba Allah
sebelum
kecintannya kepadaku melebihi kecintaannya
kepada dirinya sendiri; sebelum kecintannya
kepada keturunanku melebihi kecintaannya
kepada
keturunannya sendiri; sebelum kecintaannya
kepada ahli-baitku melebihi kecintaannya
kepada
keluarganya sendiri, dan sebelum kecintannya
kepada zatku melebihi kecintaannya kepada
zatnya
sendiri".
Ibnu 'Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda: "Cintailah Allah atas
kenikmatannya yang diberikanNya kepadamu
sekalian dan cintailah aku dengan mencintai
Allah
dan cintailah ahlul-baitku karena mencintaiku"
Ad-Dailami meriwayatkan hadis dari Ali RA
yang
menyebut sabda Rasulullah SAW: "Di antara
kalian
yang paling mantap berjalan di atas sirath ialah
yang paling besasr kecintaannya kepada ahlul-
baitku dan para sahabatku"
Siapakah Ahlul Bait
Hadis Al Hakim berasal dari Zaid bin Arqam
r.a.,
".. Mereka (ahlul bait) adalah keturunanku,
dicipta
dari darah dagingku dan dikurniai pengertian
serta
pengetahuanku. Celakalah orang dari umatku
yang
mendustakan keutamaan mereka dan
memutuskan
hubungan denganku melalui (pemutusan
hubungan
dengan) mereka. Kepada orang-orang seperti
ini,
Allah SWT tidak akan menurunkan syafaatku
(pertolonganku)"
Al Quran & Ahlul Bait
Rasul s.a.w telah bersabda:
"Sesungguhnya aku meninggalkan bagi kamu
dua
peninggalan yang jika kamu berpegang padanya
tidak akan kamu sesat sepeninggalanku. Salah
satunya lebih besar dari yang kedua, yaitu kitab
Allah azza wajalla seumpama tali penghubung
yang kokoh terentang dari langit sampai kebumi
dan keluargaku ahlil baitku, keduanya tidak
akan
terpisah satu dengan yang lain hingga bertemu
denganku diakhirat ditelaga Haudh/kautsar
maka
perhatikanlah kamu bagaimana kamu
sepeninggalku memperlakukan keduanya".
Diriwayatkan oleh Muslim dan Tarmidzi
Persoalan yg ingin dikemukakan disini ialah
apakah kaitannya diantara ahlul bait Rasulullah
saw dengan Al Quran? Kenapakah Rasulullah
saw
menyebut keduanya tidak akan terpisah
sehingga
hari kiamat? Apa yg tersirat disebalik maksud
kata-kata Rasulullah saw itu?
Sudah menjadi kelaziman Rasulullah saw
membuat
kiasan melalui hadis-hadis Baginda. Hanya yg
bias
memahami apa yg dikias. Rasulullah saw
pernah
menyebut bahawa Syadina Ali bersama Al
Quran
dan Al Quran bersama Syaidina Ali. Persoalan
yg
begini sepatutnya menjadi tumpuan ulama-
ulama
diakhir zaman ini supaya dapat diperjelaskan
kepada umat Islam apa yg tersirat disebalik
kiasan
Rasulullah saw itu. Ini menjawab kepada
masalah
umat Islam diakhir zaman ini.
Kalau dilihat kepada susur galur Rasulullah
saw,
ianya bermula dari Nabi Adam as. Ini bermakna
pertalian kenabian itu berpunca dari sumber yg
satu. Daripada Rasulullah saw pula susur galur
itu
bersambung kepada Syaidina Hasan ra dan
Syaina
Husin ra. Malah menegaskan bahawa umat
Rasulullah saw akan bersumber daripada
keturunan Syaidina Hasan ra dan Syaidina
Husin
ra. Daripada keturunan Syaidina Hasan ra pula
Islam berkembang ke Nusantara melalui
Maulana
Malik Ibrahim. Ini bermakna bangsa Arab dan
Melayu mendapat Islam daripada Rasulullah
saw
dan ahlul bait Baginda. Hari ini Arab dan
Melayu
menjadi dua kaum terbesar penganut agama
Islam.
Ianya tidak berhenti disitu tetapi akan
bersambung
pula kepada Imam Mahdi dari keturunan
Syaidina
Husin ra. Apabila Islam disebut akan
dibangkitkan
semula dari timur, maka Nusantara menjadi
fokus
kerana pengembangan Islam sebelum
penjajahan
berhenti di Nusantara. Dimana ianya berhenti
maka
disitulah ianya bermula kembali. Itu sudah
menjadi
tertib pada urusan Allah SWT. Dari Timur iaitu
Nusantara maka Islam akan bergerak semula ke
Tanah Arab. Susunan ini sudah sepatutnya
menjelaskan bahawa Islam sekarang sedang
berpusat di Nusantara tetapi tanpa Daulah dan
Khalifahnya. Kemana Islam berpusat maka ada
dua perkara yg akan mengiringi Islam iaitu
Ahlul
Bait dan Al Quran. Jika ditinggalkan salah satu
daripadanya maka akan terjadilah seperti
pesanan
Rasulullah saw. Inilah masalahnya yg terjadi
sekarang. Bukankah apa yg umat Islam
perlakukan
kepada ahlul bait Baginda maka itu juga yg
sedang
diperlakukan oleh orang kafir terhadap umat
Islam.
Baginda sudah memaklumkan bahawa Bani
Hasyim akan terpinggir selepas zaman Baginda
sehinggalah datang Pemuda dari Timur untuk
mengembalikan semula hak pada yg hak. Apa
yg
akan terjadi diakhir zaman ini sudah Rasulullah
saw kabarkan. Rasulullah saw adalah sumber
cahaya, Syaidina Ali ra seumpama pintunya dan
ahlul bait seumpama kuncinya. Apa yg ada
pada
umat Islam sekarang? Ahlul bait bukan milik
Syiah. Sunnah bukan milik sunni. Kiblat bukan
milik Wahabi. Islam itu milik Allah. Maka
ambillah
Islam itu dari sumber yg dijamin.
"Sesungguhnya aku meninggalkan bagi kamu
dua
peninggalan yang jika kamu berpegang padanya
tidak akan kamu sesat sepeninggalanku, Salah
satunya lebih besar dari yang kedua, yaitu kitab
Allah azza wajalla seumpama tali penghubung
yang kokoh terentang dari langit sampai kebumi
dan ahlil baitku”
Walaupun ayat Al Quran sudah selesai
diturunkan
tetapi fungsinya masih diperlukan. Ada ilmu yg
tersembunyi didalam Al Quran dan ahlul bait
Baginda adalah pemegang kunci terakhir.
Ummul
Kitab adalah kunci terakhir kepada semua
pembuktian daripada Allah SWT. Rasulullah
saw
yg membuka kunci awal Al Quran dan ahlul bait
Baginda yg akan mengakhiri tanggungjawab
Baginda. Dengan terbukanya kunci terakhir
melalui
ahlul bait Baginda maka akan terbongkarlah
segala
kerahsiaan Al Quran yg tersimpan selama ini.
Ini
menandakan dunia sudah akhir zaman. Baginda
yg
memulakan tugas di akhir zaman maka ahlul
bait
Baginda yg akan mengakhiri akhir zaman. Jika
Baginda bermula dengan keadaan asing maka
ahlul
bait Baginda juga akan bermula dalam keadaan
asing. Yg alpa dan lalai akan terus dialpakan
dan
dilalaikan dengan segala kesenangan dunia yg
hanya tinggal sedikit saja lagi. Yg memegang
pesanan akan mencari walaupun terpaksa
berangkak didalam salji. Yg ingat akan selalu
diingat.
Sesungguhnya menghidupkan Islam didunia ini
ada
tertibnya. Malaikat Jibril menyampaikan wahyu
dalam bentuk cahaya kepada Rasulullah saw.
Rasulullah saw pula menyampaikan wahyu
dalam
bentuk perkataan kepada manusia. Setelah
kewafatan Baginda maka cahaya wahyu itu
diwariskan pula kepada ahlul bait Baginda. Jika
perhubungan ahlul bait dengan manusia
terputus
maka terputuslah cahaya Al Quran dengan
manusia. Manusia boleh terus menggunakan Al
Quran tetapi apa erti Al Quran tanpa
cahayanya.
Nur Muhamad seumpama cermin yg
membiaskan
Nur Ilahi ke hati manusia. Maka Nur Ilahi pada
Al
Quran dibiaskan ke Rasulullah saw dan
seterusnya
cahaya itu dibiaskan ke Syaidina Ali ra. Cahaya
itu
terpecah dua ke Syaidina Hasan ra. dan
Syaidina
Husin ra. dan seterusnya kepada ahlul bait yg
bertaraf Imam dan cahaya itu bersatu kembali
pada Imam Mahdi dan seterusnya Nur
muhamad
itu kembali semula ke Rasulullah saw. Dimana
ia
bermula disitu ianya berakhir. Manusia yg
bersama
cahaya itu seumpama kaum Nuh yg menaiki
bahtera itu.
Rasulullah saw bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya perumpamaan Ahlul
Baitku diantara kalian adalah seperti kapal Nuh
diantara kaumnya. Barangsiapa menaikinya ,
iapun
selamat dan siapa tertinggal olehnya, iapun
tenggelam,” ( HR. Al Hakim ).
Ulama-ulama juga menjadi wakil utk
menyampaikan ajaran Islam kepada manusia.
Ulama Pewaris Nabi adalah ulama yg berbai’ah
dengan wakil Rasulullah saw. Jika ulama itu
tidak
berbai’ah dengan wakil Rasulullah saw maka
dia
itu Ulama Pewaris siapa?