Rabu, 08 Mei 2013

Nilal Berbagi Cerita: Cerpen: Kado Pernikahan Untuk Sahabat

Nilal Berbagi Cerita: Cerpen: Kado Pernikahan Untuk Sahabat: Kado Pernikahan Untuk Sahabat nilal 'ulya (cerpen ini dapat dibaca di kumcer Santri Wahid Hasyim "Santri Anti Galau") ...

Nilal Berbagi Cerita: Cerpen: Kado Pernikahan Untuk Sahabat

Nilal Berbagi Cerita: Cerpen: Kado Pernikahan Untuk Sahabat: Kado Pernikahan Untuk Sahabat nilal 'ulya (cerpen ini dapat dibaca di kumcer Santri Wahid Hasyim "Santri Anti Galau") ...

MANUT TAQDIR

MENGAPA ??
yah kata seperti itu dulu banyak berkeliaran di otak saya , ,
baik dari diri saya pribadi maupun , pertanyaan pertanyaan kerabat tentang diri saya ,
tapi sekarang kesadaran semakin terbuka , akan kita hanyalah wayang ,, yang tak bisa menggerakan tubuh kita sendiri yang di dalangi oleh GUSTI nu di puja Allah SWT ., meskipun saya akui benar penuturan Robert Galuin " MANUSIA ADALLAH PRODUK HI-TECH TERCANGGIH " bahkan Tuan kita Syayid Ali Bin Abi Thalib berkata " ENGKAU BERFIKIR DIRIMU SEBAGAI ONGGOK MATERI SEMATA , PADAHAL DI DALAM DIRIMU TERSIMPAN KEKUATAN YANG TAK TERBATAS " walaupun secanggih apapun saya , sebesar apapun kekuatan saya , tetap yang membuat yang lebih Kuat ,,, kita hanya makhluq ,, he he
jadi buat kerabat , atau bagi diri saya sendiri yang sering bertanya , mengapa masih disini ? kapan kesana , kapan kelar ,? kapa bisa ? mengapa anda belum bisa ,? mengapa saya selalu gagal padahal sudah berusaha ? , mengapa saya selalu tertinggal .? mengapa saya masih di sini ?
hanya butuh satu jawaban , Allah telah membuatkan sekenario terbaik untukku , kalau perlu jawab dengan lantang sesui , perkataan " SIMON WEIL " ( BUKAN URUSAN SAYA UNTUK MEMIKIRKAN DIRI SAYA SENDIRI . URUSAN SAYA ADALAH MEMIKIRKANNYA , DAN URUSANNYALAH UNTUK MEMIKIRKAN SAYA ,,)
he he he semoga bermanfaat

CADAR atau TIDAK apa pilihanKu

Assalamu’alaikum wr wb
Alhamdulillah bias update lagi , he he he , up date kali ini akan membahas tentang hijab .., di prakarsai dari pertanyaan salah seorang kerabat donggala ,, yang bertanya tentang hijab ,, oke langsung dimulai dari
Cadar : mengapa , ko banyak oran perempuan yang tidak menggunakan cadar , apa sih hokum sebenarnya ?
mengapa banyak dari alimah masih tidak memakai cadar ?
jawab saya ,, he heh e yang pertama adalah tentang hokum cadar , menurut sebagin imam kita yang mengatakan wajib ..: Asy Syarwani berkata” wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat-sebagaimana telah dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, (2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha” [1] selanjutnya : Ibnu Qasim : “Dan wajib pula menutup wajah dan telapak tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah “ [2]
he he he itu beberapa dalil tentang wajibnya menurut madzah kita ( syafi’I )
kemudian yang tidak mewajibkan :
Ketahuilah bahwa aurat perempuan d8 hadapan laki laki asing seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan, dengan demikian di perbolehkan baginya keluar rumah dngen wjah yang terbuka, sebagai mana telah di sepakati para ulama ( ijma”)
kesepakatan para ulama ( ijma) ini telah di kutip oleh Ibnu hajar al haitami dalam dua kitabnya : al Fatawa l kubra dan Hasyiyah syarh al idlah ‘ala mansik al hajjj al al umrah
pernyataan pertama : “ Dan kesimpulan madzhab kita bahwa imam al haramain telah menukil ijma’ tentang kebolehhan keluarnya seorang perempuan dalam keadaan membuka wajah , dan bagi kaum lakilaki hendaklah menahan pandangan “ [3]
yang kedua : Seseungghnya boleh bagi kaum perempuan untuk membuka wajah dengan kesepakatan para ulama dan bagi laki laki hendaklah menahan pandangan . kebolehan membuka wajah ini tidak bertentangan dengan ijma’. Kebolehan membuka wajah ini tidak bertentangan dengan ijma’ bahwa perempuan di perintahkan untuk menutup mukanya , karena tidak mesti setiap sesuatu yang di perintahkan kepadanya untukkemashlahatan umum itu menunjuka kewajiban “[4]
karena instruks bagi kaum perempuan untuk menutup wjah tersebut bukan karena hal itu wajib , akan tetapi sunah dan mngandung kemaslahatan umum , dan jika di tinggalkan akan menyebabkan berkurangnya muru’ah,
Inilah pendapat yang benar yang di kuatkan olh dalil dalil , di antaranya tentang perempuan KHamstiyah yang di riwayatkan oleh Al Bukhari , Muslim , Malik ,Abu Dawud , Nasai , Dan Darimi , serta Ahmad
dalam lafadz bukhari [14]: dari Abdullah abn abass “ Nabi memboncengkan al fadl ibn abbas pada hari nahhr di belakang tunggangannya , al fadl adalah seorang pemuda tampan , ketika nabi berhenti untuk memberikan fatwa di hadapan manusia dating wanita dari khatsam berparas cantik meminta fatwa kepada nabi , al fadl berpaling melihat kepadanya dan kagum dengan kecantikannya , nabi menengok semnetara al fadl tetap memandang kepada perempuan itu . kemudian nabi saw mengangkat tangannya memegang dagu al fadl dan memalingkannya ,untuk tidak melihat nya “ dari hadist ini di ambil kesimpulan bahwa perempuan tersebut tidak di perintah untuk menutup wajahnya ,, sementara kedaan ihram perempuan masih banyak perdebatan . he he he
nah pilih mana terserah ingin yang baik atau lebih baik he he adapun menurut ibnu hajjar al asqolani dari arah Ibnu bathhal berkata : hijab hanya wajib bagi para istri nabi , jika wajib atas selainnya maka niscaya nabi kana mmerintah perempuan tersebut untuk menutup wajahnya .”
aadapun khumur ( krudung ) jama’k khimar : menurut tafsir jalalain juss 2 surah annur ayat 31 : sesuatu yang menutupi rambut , tengkuk , dan dada .
adapun DADA adalah apa yang terdapat antara leher dan perut jadi harus sampai perut .., he he
mungkin hanya segitu ,, jika ada yang salah al faqir donggala selelu memminta petunjuk , sedangkan untuk pakaian ketat ,, untuk lain kali ,,, trimakasih semoga bermanfaat

Rabu, 20 Februari 2013

KH> MARZUQI DAHLAN ( Lirboyo )

KH. Marzuqi Dahlan lahir tahun 1906 M, di Desa Banjarmlati, sebuah desa di bantaran barat Sungai Brantas, Kota Kediri. Beliau putra bungsu dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Dahlan dan Nyai Artimah. Di bawah pengawasan langsung kakeknya (KH. Sholeh Banjarmlati) Gus Zuqi kecil menerima pengajaran dasar-dasar Islam seperti aqidah, tajwid, fiqh ubudiyah, dll. Pernah satu waktu, sang ayah (Kyai Dahlan) meminta agar Gus Zuqi kembali ke kampung halaman (Pondok Pesantren Jampes) guna menuntut ilmu langsung di bawah asuhan ayah kandung sendiri. Gus Zuqi bersedia, namun beberapa saat kemudian Gus Zuqi kembali ke Banjarmlati.
Ketika Gus Zuqi beranjak muda, beliau pindah menuntut ilmu Di Lirboyo, di bawah asuhan KH. Abdul Karim yang merupakan paman Gus Zuqi. Disinilah kemampuan berpikir Gus Zuqi semakin terasah, sehingga dalam waktu yang singkat beliau dapat menyerap berbagai ilmu keagamaan. Usai dari di Lirboyo, Gus Zuqi meneruskan pengembaraan di pelbagai pondok pesantren diantaranya; Pondok Pesantren Tebu Ireng asuhan Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, Pondok Pesantren Mojosari Nganjuk, asuhan KH. Zainuddin, Pondok Pesantren Bendo Pare asuhan Kyai Khozin, cukup lama beliau mondok di Pare hingga berusia 20-an tahun. Selanjutnya beliau kembali ke kampung halaman untuk belajar langsung ke KH. Ihsan Al-Jampasy, sang kakak yang juga pengarang kitab Shirojut Tholibin. Sebuah kitab monumental dalam bidang tasawuf.
KH. Marzuqi Dahlan menikah dengan Nyai Maryam binti KH Abdul Karim dan berdomisilidi Lirboyo tahun 1936 M. Meski telah menikah, semangat beliau dalam mengaji tidak pernah luntur, hal ini merupakan salah satu amanat yang disampaikan KH Abdul Karim kepada beliau, sesaat usai aqad nikah berlangsung, hingga himmah beliau untuk tetap mendidik santri terus terjaga dan sangat istiqomah.
Pada tahun 1961 M, Nyai Maryam berpulang ke Rahmatullah, meninggalkan beliau untuk selama-lamannya. Namun untuk menghapus kedukaan yang berlarut-larut, keluarga menikahkan KH. Marzuqi Dahlan dengan Nyai Qomariyah yang tak lain adalah adik bungsu Nyai Maryam. Sosok KH. Marzuqi Dahlan adalah sosok sederhana dan sangat bersahaja, hal ini terbukti dari penampilan beliau sehari-hari yang jauh dari kesan mewah dan perlente. Padahal saat itu beliau sudah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo. Ketika bepergian dan atau berziarah ke makam-makam Auila’ disekitar Kediri, KH Marzuqi Dahlan lebih sering bersepeda. Bukan hanya kendaraan, kediaman beliaupun terbilang sangat sederhana, yakni berdindingkan anyaman bambu, hingga pada tahun 1942 M barulah kediaman beliau berganti dengan tembok.
Pada Tahun 1973 M KH. Marzuqi Dahlan menunaikan Ibadah haji. Dua tahun setelah menunaikan ibadah haji, kondisi beliau mulai terganggu, sebab usia beliau memang sudah sepuh. Namun meski demikian, semangat beliau untuk memimipin Pesanten Lirboyo tetap terjaga, hingga pada bulan syawal pada tahun 1975, beliau jatuh sakit dan harus dirawat di RS. Bayangkara, Kediri. Dua minggu lamanya beliau dirawat. Karena tidak ada perubahan yang menggembirakan, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pulang KH. Marzuqi Dahlan ke kediaman beliau, hingga pada hari Senin Tanggal 18 Nopember 1975 M beliau dipanggil sang pencipta, dihadapan keluarga dan para santri yang sangat mencintainya. (al Fatihah)

SYEHK ABDUL KARIM AL HAJJ < ( Lirboyo )

KH. Abdul Karim lahir tahun 1856 M di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, dari pasangan Kyai Abdur Rahim dan Nyai Salamah. Manab adalah nama kecil beliau dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Saat usia 14 tahun, mulailah beliau melalang dalam menimba ilmu agama dan saat itu beliau berangkat bersama sang kakak (Kiai Aliman).
Pesantren yang pertama beliau singgahi terletak di desa Babadan, Gurah, Kediri. Kemudian beliau meneruskan pengembaraan ke daerah Cepoko, 20 km arah selatan Nganjuk, di sini kurang lebih selama 6 Tahun. Setalah dirasa cukup beliau meneruskan ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk Jatim, disinilah beliau memperdalam pengkajian ilmu Al-Quran. Lalu beliau melanjutkan pengembaraan ke Pesantren Sono, sebelah timur Sidoarjo, sebuah pesantren yang terkenal dengan ilmu Shorof-nya, 7 tahun lamanya beliau menuntut ilmu di Pesantren ini. Selanjutnya beliau nyantri di Pondok Pesantren Kedungdoro, Sepanjang, Surabaya. Hingga akhirnya, beliau kemudian meneruskan pengembaraan ilmu di salah satu pesantren besar di pulau Madura, asuhan Ulama’ Kharismatik; Syaikhona Kholil Bangkalan. Cukup lama beliau menuntut ilmu di Madura, sekitar 23 tahun.
Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim meneruskan pencarian ilmu di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jatim, yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH. Hasyim Asy’ari. Hingga pada akhirnya KH. Hasyim asy’ari menjodohkan KH. Abdul Karim dengan putri Kyai Sholeh dari Banjarmlati Kediri, pada tahun1328 H/ 1908 M.
KH. Abdul Karim
KH. Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah Binti KH. Sholeh, yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh. Dua tahun kemudian KH. Abdul karim bersama istri tercinta hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo, tahun 1910 M. Disinilah titik awal tumbuhnya Pondok Pesantren Lirboyo.
Kemudian pada tahun 1913 M, KH. Abdul karim mendirikan sebuah Masjid di tengah-tengah komplek pondok, sebagai sarana ibadah dan sarana ta’lim wa taalum bagi santri.
Secara garis besar KH. Abdul karim adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Beliau gemar melakukan Riyadlah; mengolah jiwa atau Tirakat, sehingga seakan hari-hari beliau hanya berisi pengajian dan tirakat. Pada tahun 1950-an, tatkala KH. Abdul Karim menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya -sebelumnya beliau melaksanakan ibadah haji pada tahun 1920-an- kondisi kesehatan beliau sudah tidak memungkinkan, namun karena keteguhan hati akhirnya keluarga mengikhlaskan kepergiannya untuk menunaikan ibadah haji, dengan ditemani sahabat akrabnya KH. Hasyim Asy’ari dan seorang dermawan asal Madiun H. Khozin.
Sosok KH. Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi apapun dan keadaan bagaimanapun, hal ini terbukti tatkala beliau menderita sakit, beliau masih saja istiqomah untuk memberikan pengajian dan memimpin sholat berjamaah, meski harus dipapah oleh para santri. Akhirnya, pada tahun 1954, tepatnya hari senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, KH. Abdul Karim berpulang kerahmatullah, beliau dimakamkan di belakang masjid Lirboyo. (al Fatihah)

Senin, 18 Februari 2013

Mayyit yang memiliki tanggungan Shalat


من مات وعليه صلاة فرض لم تقض ولم تفد عنه،
barangsiapa yang meninggal dunia dan mempunyai tanggungan shalat, maka shalat tersebut tidak dapat di qadha dan dibayarkan fidyahnya.

وفي قول أنها تفعل عنه - أوصى بها أم لا ما حكاه العبادي عن الشافعي لخبر فيه،
Dalam sebuah pendapat yang dikatakan oleh al-Imam al-‘Ubadi dari al-Imam asy-Syafi’i, bahwa ; shalat tersebut harus diqadha’ oleh orang lain, baik si mayat berwasiat agar mengerjakan atau pun tidak (berwasiat). Hal ini didasarkan pada sebuah hadits.

وفعل به السبكي عن بعض أقاربه.
Al-Imam as-Subki juga melakukan hal yang demikian pada kerabat-kerabatnya beliau yang meninggal dunia.
_________________

Penjelasan ;



Masalah qadha terhadap shalat yang ditinggalkan mayyit terdapat Khilafiyah (perbedaan pendapat) dikalangan Ulama. Orang yang mati (mayyit) dan masih memiliki tanggungan shalat fardhu, maka shalat tersebut tidak bisa di qadha dan tidak bisa dibayarkan fidyah, sebagaimana yang disebutkan diatas. Namun, dikatakan pula bahwa terdapat ada sebuah pendapat bahwa shalat harus diqadha' oleh orang lain, baik si mayyit berwasiat maupun tidak, berdasarkan pada sebuah hadits. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam Ubadi dari Al-Imam Asy-Syafi'i.

Demikian juga Al-Imam As-Subki melakukan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Al-Imam Ubadi dari Al-Imam Asy-Syafi'i kepada kerabat-kerabatnya yang meninggalkan. Jadi, ketika kerabat Al-Imam As-Subki meninggal, beliau mengqadha' shalat yang pernah di tinggalkan oleh kerabatnya.

Dijelaskan dalam Syarah kitab Fathul Mu'in ini (I'anah Thalibin), sebagai berikut ;

وفي قول - كجمع مجتهدين - أنها تقضى عنه لخبر البخاري وغيره، ومن ثم اختاره جمع من أئمتنا، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه
"dan menurut pendapat sebagian besar para Mujtahid bahwa bagi keluarganya tetap terkena beban (kewajiban membayar) karena ada hadits riwayat Imam Bukhari dan yang lainnya. Dan ternyata pendapat yang terakhir ini yang dipilih (diikuti) oleh ulama-ulama kami (Syafi'iyah) dan Al-Imam as-Subki juga melakukan hal yang demikian pada kerabat-kerabatnya beliau yang meninggal dunia".

. ونقل ابن برهان عن القديم أنه يلزم الولي إن خلف تركة أن يصلى عنه، كالصوم. وفي وجه ـ عليه كثيرون من أصحابنا ـ أنه يطعم عن كل صلاة مداً
"telah dinukil dari Ibnu Burhan dari Qoul Qadim (Madzhab Asy-Syafi'i) bahwa wajib bagi wali menshalatkan (mengqadha' shalat) yang ditinggalkan mayyit, seperti hal nya puasa. Menurut sebagian besar Ashab kami (ulama-ulama Syafi'iiyah) bahwa sesungguhnya (mengganti dengan) memberi makan, untuks setiap shalat dibayatkan satu mud (6 Ons)".

Dari penjelasan diatas dapat kita disimpulkan bahwa shalat yang ditinggalkan mayyit dapati di bayar dengan beberapa cara, pertama ; Menggantinya dengan shalat (mengqadha' shalatnya) oleh keluarga mayyit, Sedangkan yang kedua ; dengan membayar fidyah (memberi makan) kepada faqir miskin, untuk setiap satu shalat maka dendanya satu Mud (6 Ons beras).

Didalam kitab Syarahnya juga dikatakan bahwa Al-Imam Ath-Thabari mengatakan,
يصل للميت كل عبادة تفعل، واجبة أو مندوبة
"setiap ibadah-ibadah yang dikerjakan akan sampai kepada mayyit baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah"

Dalam Madzhab Ahlus sunnah wal jamaah, (qoul) pendapat yang telah dipilih (Mukhtar), bahwa pahala dari amal, shalat dan yang lainnya yang diberikan akan sampai kepada mayyit. Pembahasan masalah ini, akan dibahas pada kesempatan yang lain. Sebab masalah sampai atau tidaknya pahala shalat, demikian juga membaca Al-Qur'an dan sebagainya adalah pembahasan yang panjang. Namun, untuk sekedar diketahui bahwa pahala dari semua itu sampai menurut pendapat yang lebih muktamad (kuat), agar lebih ahsan (bagus) kiranya sambil menghaturkan do'a memohon kepada Allah supaya pahalanya disampaikan kepada mayyit.

Demikian untuk pembahasan kali ini.
Hamba Al-Faqir

HUKUM MEMAKAI JILBAB

Pada edisi kali ini kami sajikan kepada sidang pembaca hukum berjilbab atas wanita muslimah, suatu ketetapan yang tidak bisa ditawar-tawar atau ditolak dengan dalih apapun, karena Allah yang kita sembah dengan ibadah shalat dan yang lainnya, Dialah juga yang mewajibkan wanita muslimah untuk berjilbab.
Allah berfirman:
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:"Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59).
MAKNA JILBAB
Dalam ayat di atas ada kata jalaabiib, bentuk plural dari mufrodnya (kata tunggalnya) yaitu jilbab, yang memiliki makna:
1. Kerudung besar yang menutupi semua anggota badan, sebagaimana penjelasan Imam Al-Qurthubi (Tafsir Al-Qurthubi 14/232).
2. Pakaian yang menutupi semua anggota badan wanita, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Mas’ud, Ubaidah, Qotadah, Hasan Basri, Said bin Jubair, Ibrahim An-Nakhoi dan Atho’ al-Khurasani. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 6/424, Al¬Muhalla 3/219).
3. Selimut yang menutupi wajah wanita dan semua anggota badannya tatkala akan keluar, sebagaimana yang dituturkan Ibnu Sirin. (Lihat Tafsir Ad-Durul Mansur 6/657, Tafsir Al-Baidhowy 4/284, Tafsir An-Nasafi 3/453 581, Fathul Qadir 4/304, Ibnu Katsir 6/424).
4. Pakaian yang menutup dari atas kepala sampai ke bawah, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Abbas. (Lihat Tafsri Al-Alusy 22/88).
5. Selendang besar yang menutupi kerudung. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Mas’ud dan para tabi’in. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 6/ 425).
6. Pakaian sejenis kerudung besar yang menutupi semua badan, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud.(Lihat Tafsir Ats¬Tsa’labi 2/581).
Dari keterangan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa jilbab bukanlah kerudung yang digantungkan di leher, bukan pula kerudung tipis yang kelihatan rambutnya atau kerudung yang hanya menutup sebagian rambut belakangnya, bukan pula kerudung sebangsa kopyah yang kelihatan lehernya atau kerudung yang hanya menutup ujung kepala bagian atas seperti ibu suster dan wanita Nashraniatau kerudung yang kelihatan dadanya, dan bukan pula selendang kecil yang dikalungkan di pundak kanannya.
HUKUM BERJILBAB
Para ulama’ bersepakat bahwa jilbab hukumnya adalah wajib berdasarkan Al-Quran dan sunnah,
A. Berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur’an:
1. Surat A1-Ahzab: 59.
Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
2. Surat A1-Ahzab: 33.
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah lakuseperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.
Perintah wanita agar menetap di rumah menunjukkan keharusan berjilbab tatkala keluar darinya.
3. Surat An-Nur: 31
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.
Apabila menampakkan perhiasan saja dilarang bagi wanita, lantas bagaimana lagi kalau bersolek dan menampakkan keindahan tubuh mereka?!!.
B. Adapun dalil-dalil dari Sunnah:
1. Hadits yang mengancam wanita tidak masuk surga karena tidak berjilbab. Rasulullah SAW bersabda: Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th).. (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421).
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid berkata: "Hadits ini menunjukkan bahwa tabarruj (bersoleknya kaum wanita) termasuk dosa besar".
2. Wanita adalah aurat, dia wajib berjilbab. Rasulullah SAW bersabda:
"Wanita itu adalah aurat, apabila dia keluar akan dibuat indah oleh syetan."(Shahih. HR Tirmidzi 1093, Ibnu Hibban dan At-Thabrani dalam kitab Mu’jmu1 Kabir.Lihat A1-Irwa’: 273).
3. Ummu Salamah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana wanita berbuat dengan pakaiannya yang menjulur ke bawah? Beliau SAW bersabda: Hendaklah mereka memanjangkan satu jengkäl, lalu ia bertanya lagi: Bagaimana bila masih terbuka kakinya? Beliau menjawab: "Hendaknya menambah satu hasta, dan tidak boleh lebih". (HR. Tirmidzi 653 dan berkata:"Hadits hasan shahih").
4. Kisah wanita yang akan berangkat menunaikan shalat ‘ied, ia tidak memiliki jilbab, maka diperintah oleh Rasulullah SAW: "Hendaknya Saudarinya meminjaminya Jilbab untuknya ". (HR. Bukhari No. 318).
Tiada akan berhenti Page ini menyerui kamu wahai ukhti, sebelum ALLAH Ta’ala yang meneguri kamu dengan adjabnya..Mashya ALLAH. Oleh karena.. demikianlah kamu, sebahagian kamu ingkar dengan ayat-ayat ALLAH dan tiadalah seorang juapun diantara kamu pada jalan yang lurus malainkan sedikit sekali. maka ketahuilah olehmu Firman ALLAH Ta’ala dalam surah Al-Ahzab :59 diatas yang berbunyi:
"Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,"
artinya : Niscaya demikianlah yang membedakan kamu dengan wanita kafir, jika kamu berkumpul ditengah keramaian tampaklah orang -orang diantara kamu yang berhijab menurut syari’at islam. sedang bagi tiada berjilbab dan tidak pula dengan hidjab niscaya kamulah yang menjadikan dirimu sama dengan wanita-wanita kafir itu.
ketahuilah..bahwasanya islam itu amatlah keras kepada kekafiran,kekufuran, kemudharatan, keingkaran dengan sekalian gerangan dosa itu sekaliannya. jika engkau merasa berat dengan syari’at islam yang diwajibkan atas kamu, maka ambillah olehmu agama selain daripada islam karena engkau akan dapat bersuka ria dengan sesamamu. tapi ukhti..ingatlah..bahwa sesungguhnya hanya islam yang menyanjung-nyanjung kesucianmu lagi meninggikan derajatmu dari yang lain. Islam begitu mencintaimu, memperhatikanmu, menyayangimu, memuliakanmu, memberi kebaikan yang tiada henti-hentinya padamu, melainkan sebahagian kamulah yang berpaling.
Jika terdapat perkataan yang salah dalam artikel ini, maka atas kamu sekalian aku memohon maaf..sedang kepada ALLAH aku memohon ampun..Wallahu A’lam

Senin, 11 Februari 2013

GENIUS

1.       Di dalam Qur-an Rosm Utsmany penulisan lafadz رحمة huruf ta’nya ada yang ditulis dengan ta’ majruroh dan ada yang ta’ marbuthoh padahal artinya sama, apa alasannya? (Marhalah I’dadiyah)
Jawaban :
-          Tauqify (sudah ketentuan dari Allah Swt. yang disampaikan melalui Nabi Saw.)
-          Kemu’jizatan Qur-an dari segi tulisan.
Penalaran :
Al Qur-an merupakan kitab yang terjaga dari pemalsuan berkat puji dan kebaikan Allah Swt., betapapun upaya untuk melakukan hal itu datang silih berganti. Al Qur-an merupakan kitab mukjizat yang di dalamnya terpadu segala keindahan, ketelitian dan keseimbangan bahasa yang selaras dengan kedalaman dan kekayaan makna serta kebenarannya. Tidak terbatas pada hal-hal itu saja, bahkan dalam penulisannya pun al Qur-an senantiasa terjaga dari noda penyelewengan.
Penulisan Al Qur’an bersifat tauqify, yaitu ditulis dibawah pengawasan Nabi Saw. secara langsung atas perintah/petunjuk dari Alloh Swt. Sudah menjadi ketetapan sejarah; pada zaman Nabi Saw. setiap turun sesuatu dari Qur-an beliau menyuruh menulisnya dan menyuruh letakkan dalam surat ini pada urutan ini[1]. Jadi tegasnya arti tauqify yaitu terbatas menurut apa yang diterima dari Rosululloh Saw. Tidak satu tanganpun dari manusia yang ikut campur menentukan bentuk tulisan tersebut. (Mushaf Murottal, hal. 373)[2].
Oleh karena sifat tauqifiyah inilah kita tidak bisa menemukan alasan-alasan bentuk tulisan, akan tetapi kita hanya bisa mencari dan mempelajari hikmah dan rahasia dibalik penulisan tersebut. Sebab di balik keterbatasan (tauqifiyah) itu, ternyata penulisan ini mengandung hikmah dan rahasia-rahasia yang akal tidak bisa (sulit) menjangkaunya, adalah suatu rahasia yang Alloh khususkan hanya pada Kitab mulia ini. Jadi mukjizat Al Qur-an juga terdapat pada susunan perkataannya dan bentuk huruf-huruf ejaannya. Kalau bentuk tulisannya dirubah, maka menjadi hilanglah mu’jizatnya (olehnya melemahkan musuh). Akan lebih mudah musuh menyadur dan merusak kitab pedoman ummat islam[3].
Di antara hikmah dan rahasia penulisan yang diterangkan oleh para ‘ulama adalah dalam penulisan ta’ majruroh yang seharusnya menurut penulisan Arab biasa (الإملاء العادي) ditulis dengan ta’ marbuthoh, hal ini ternyata untuk menunjukkan bahasa yang fasih menurut bahasa Thoyyi’[4].
2.       Kenapa di dalam Qur’an yang sama-sama RU banyak perbedaan dalam masalah waqof dan washol-nya? (Jalaluddin)
Jawaban :
-          Pada umumnya waqof dan washol dalam Al Qur-an merupakan masalah ijtihadi karena tidak ada ketetapan baku dari Nabi, begitu juga peletakan tanda-tanda waqofnya, asalkan tidak merubah makna dan menimbulkan salah pengertian maka diperbolehkan waqof atau washol di manapun. Dan yang lebih tepat bagi kita adalah mengikuti RU yang sudah di-tashih oleh ulama-ulama yang ahli dibidangnya.
Penalaran :
Yang dimaksud dengan RU seperti dijelaskan dalam buku Persiapan Membaca Al Qur-an adalah bentuk-bentuk tulisan yang orisinil menurut aslinya tulisan al Qur-an ketika diturunkan yang disepakati total oleh para Sahabat ketika mengadakan pembukuan al Qur-an di zaman Kholifah ‘Utsman bin ‘Affan Ra. atas perintahnya. Jadi RU adalah mengenai huruf-hurufnya saja yang polos dan harus baku tidak boleh dirubah dan dikembangkan[5].
Adapun tanda-tanda waqof dan penempatannya pada dasarnya hanya untuk menolong para qori’ yang belum faham ma’na Qur-an yang dibaca. Jadi mengenai tambah kurangnya/sedikit banyaknya tanda yang diterapkan boleh sedikit berbeda asal berpedoman dengan kitab standar seperti kitab Manarul Huda fil Waqfi wal Ibtida’. Karena ini kaitannya dengan tarkibnya kalam[6]. Sebagaimana keterangan di dalam nadzom Jazariyyah :
وليس في القران من وقف وجب  #  ولا حرام غير ما له سبب
Sie. Pendidikan '11Artinya : dan di dalam al Qur-an semua tidak ada waqof yang wajib dan waqof yang haram, begitu pula washol dan ibtida’nya, selama tidak ada sebab. Berarti kalau ada sebab kadang bisa wajib, kadang bisa haram, melihat sebabnya. Kalau tidak mengerti tidak apa-apa, hanya bodoh dan jelek[7].
Oleh karena itu ada beberapa perbedaan tanda ataupun peletakannya antara RU cetakan penerbit yang satu dangan yang lain, hal ini mungkin diantaranya dipicu perbedaan ijtihad dewan pentashih satu penerbit/Negara dengan yang lainnya atau perbedaan kitab refrensi yang digunakan. Sebagaimana keterangan di dalam salah satu mushaf RU bertanda tajwid yang dikutip oleh KH. Maftuh Basthul Birri dalam kitab beliau :
وأخذ بيان وقوفه وعلاماتها مما قررته اللجنة في جلساتها التي عقدتها لتحديد هذه الوقوف على حسب ما اقتضته المعاني التي ظهرت لها مسترشدة في ذلك بأقوال الأئمة من المفسرين وعلماء الوقف والابتداء[8].
“Letak-letak waqof serta tanda-tandanya diambil dari keputusan dewan dalam beberapa sidang yang sengaja digelar untuk menentukan waqof-waqof yang sesuai dengan tuntutan ma’na dengan tetap mengacu pada pendapat para imam ahli tafsir dan ahli waqof ibtida’.”
Maka yang seharusnya kita dilakukan dalam menyikapi hal ini adalah kita tetap harus mempelajari ilmu waqof washol itu. Atau setidaknya bacaan anda dalam waqof, washol dan ibtida’nya hendaknya ditingkatkan dengan guru yang pandai dan telaten merubah dan menepatkan serta memberi pengarahan tentang masalah ini, dan jarang orang yang pandai dan telaten. Tapi kalau mau usaha, anda akan meningkat dan lebih berbobot bacaan anda[9].
3.       Apakah yang harus kita lakukan ketika mendengarkan orang membaca Qur-an tanpa menggunakan tajwid?
Jawaban :
Kita wajib mengingatkan dan atau mencontohkan bacaan yang sebenarnya.
Penalaran :
Menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar di tengah masyarakat abad modern tak ubahnya seperti makan buah simalakama. Dilakukan bisa rebut, ditinggalkan bisa semrawut. Dua pilihan yang sama-sama sulit dan bisa membuat otak kusut. Dalam kitab Nihayah al Qul al Mufid disebutkan ; ada tiga orang yang rentan dilaknat oleh al Qur-an ;
1.       Orang yang bacaannya betul-betul menyimpang jauh dari ketentuan tajwid dan sampai merubah lafadz-lafadznya.
2.       Orang yang bacaannya bisa merusak dan merubah makna.
3.       Orang yang membca al Qur-an namun perbuatan sehari-harinya sangat jauh dari nilai-nilai al Qur-an.
Apabila kita mengetahui orang yang membaca al Qur-an tanpa mengindahkan aturan tajwidnya maka kita wajib untuk mengingatkan dan mencontohkan bacaan yang sebenarnya, seperti yang tertera dalam kitab Ihya’ Ulum a; Din dalam bab Munkarat al Masajid. Namun, permasalahan akan menjadi runyam apabila sudah dikaitkan dengan factor eksternal. Apabila kita mengingatkan dia malah mutung dan tak mau meneruskan bacaannya atau dia malah marah dan menganggap kita sok pintar, misalnya. Dan ni membutuhkan kearifan serta kejelian kita dalam bertindak. Amar ma’ruf nahi munkar memang sangar sulit. Tapi buakn hal mustahil untuk diwujudkan.
Dalam kitab Is’ad al Rofiq syarah Sullam at Taufiq juz I hal. 66 diterangkan syara-syarat wajibnya amar ma’ruf nahi munkar :
1.       Tidak boleh membahayakan dan mengancam diri, harta, kehormatan dan anggota keluarga kita.
2.       Tidak dikhawatirkan akan terjadi/timbul mafsadah (kerusakan) yang lebih besar dari mafsadah kemunkaran yang kita cegah.
3.       Telah disepakati bahwa yang kita cegah itu betul-betul sebuah kemunkaran.
Lantas bagaimana kalau kita mendapati orang seperti di atas?. Kita pilah, jika orang itu masih mungkin untuk belajar memperbaiki bacaannya maka tegakkanlah amar ma’ruf nahi munkar dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan. Pertama, kita beri tahu dia bahwa bacaannya kurang benar, kemudian kita praktekkan bacaan yang benar bagaimana, dengan tetap menjaga sensitifitas perasaanya serta norma-norma kesopanan yang ada. Dan jika dia sudah sangat rentan dan tidak mungkin untuk memperbaiki bacaannya, maka kita biarkan saja sambil tetap mencari celah untuk meluruskannya. Toh itu sudah sangat hebat untuk orang seperti dia di era yang kemaksiatan sudah rata di mana-mana. Sekali lagi dibutuhkan ketegasan, keberanian, mental baja, serta kearifan dan kebijaksanaan dalam perintah kebajikan dan berantas kemunkaran di zaman yang banyak hal sudah tidak karuan tanpa aturan[10].

Minggu, 03 Februari 2013

Add caption
MOHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI  Sangat sedikit orang yang mengetahui riwayat hidup al-Khawarizmi. Dia lahir sebelum tahun 800 M dan meninggal setelah tahun 847 M. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa. Dia dikenal dengan sebutan al-Khawarizmi karena berasal dari Khawarizm, sebuah daerah di timur laut Kaspia.
Al-Khawarizmi diperkirakan hidup di pinggiran Baghdad pada masa Khalifah al-Ma’mun (813-833 M) zaman dinasti Abbasiyyah. Khalifah al-Ma’mun menjadi sahabat karibnya. Dia menjadikan al-Khawarizmi sebagai anggota Bait al-Khikmah (Wisma Kearifan) di Baghdad . Sebuah lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Bait al-Khikmah memiliki berbagai keunggulan yang masyhur di dunia Islam. Kesuksesan al-Khawarizmi dalam bidang Astronomi dan Aljabar didedikasikan kepada Khalifah al-Ma’mun. Sementara Khalifah al-Ma’mun sendiri banyak memberikan penghargaan kepada al-Khawarizmi.
Dengan Ilmu Astronomi, al-Khawarizmi mengungkap ramalan tentang waktu Nabi Muhammad SAW dilahirkan secara cermat. Dia juga tercatat sebagai salah seorang astronom yang ikut membuat peta dunia atas permintaan Khalifah al-Ma’mun. Peta dunia tersebut kemudian dikenal dengan nama Peta Ptolemy.
Karya intelektual al-Khawarizmi tentang Aritmetika dan Aljabar menjadi sumber acuan Ilmu Matematika di belahan Barat dan Timur. Penulis sejarah Matematika kenamaan, George Sarton, mengungkapkan bahwa al-Khawarizmi adalah salah seorang Ilmuwan Muslim terbesar dan terbaik pada masanya. Sarton menggolongkan bahwa periode antara Abad Keempat sampai Kelima sebagai Zaman al-Khawarizmi, karena dia adalah Ahli Matematika terbesar pada masanya. Smith dan Karpinski menggambarkan pribadi al-Khawarizmi sebagai tokoh terbesar pada masa keemasan Baghdad, setelah seorang penulis Muslim menggabungkan Ilmu Matematika klasik Barat dan Timur, mengklasifikasikan dan akhirnya membangkitkan kesadaran daratan Eropa.
Pengaruh lain yang berkaitan erat dengan Ilmu Matematika adalah suku kata algoritm yang dinotasikan sebagai prosedur baku dalam menghitung sesuatu. Kata ini berasal dari perubahan versi al-Khawarizmi ke dalam versi Latin, algorismi, algorism dan akhirnya menjadi algorithm.
Tulisannya tentang aritmetika berbahasa Arab pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin memainkan peran penting dalam perkembangan bilangan Arab dan sistem bilangan yang diterapkan saat ini. Meskipun bukan murni sebagai penemunya, tahapan yang dilakukan al-Khawarizmi merupakan format pengembangan sistem bilangan kita saat ini. Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan sistem bilangan Arab dan notasi penulisan basis sepuluh, yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi, dapat dikatakan sebagai sebuah revolusi perhitungan di Abad Pertengahan bagi bangsa Eropa.
Setelah al-Khawarizmi meninggal, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan; suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya.
Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini berhutang budi kepada seorang al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irrasional dan diperkenalkannya konsep Aljabar modern membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia.
Penemu Bilangan Nol
Kita pasti sudah sering mendengar istilah algoritma. Tapi, tahukah siapa penemunya? Bisa jadi kita menduga orang tersebut dari dunia Barat. Padahal, ia adalah seorang ilmuwan muslim yang bernama Al Khawarizmi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Nama itu berasal dari nama julukan al-Khawarizmi. Karya Aljabarnya yang paling monumental berjudul al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan). Dalam buku itu diuraikan pengertian-pengertian geometris. Ia juga menyumbangkan teorema segitiga sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi serta luas segitiga, dan luas jajaran genjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa hal al-Khawarizmi telah membuat aljabar menjadi ilmu eksak.
Buku itu diterjemahkan di London pada 1831 oleh F. Rosen, seorang matematikawan Inggris. Kemudian diedit ke dalam bahasa Arab oleh Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad, ahli matematika Mesir, pada 1939. Sebagian dari karya al-Khawarizmi itu pada abad ke-12 juga diterjemahkan oleh Robert, matematikawan dari Chester, Inggris, dengan judul Liber Algebras et Al-mucabola (Buku Aljabar dan Perbandingan), yang kemudian diedit oleh L.C. Karpinski, seorang matematikawan dari New York, Amerika Serikat. Gerard dari Cremona (1114–1187) seorang matematikawan Italia, membuat versi kedua dari buku Liber Algebras dengan judul De Jebra et Almucabola (Aljabar dan Perbandingan). Buku versi Gerard ini lebih baik dan bahkan mengungguli buku F. Rozen.
Dalam bukunya, al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa Arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan seperti itu tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu, dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka Arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-Khawarizmi. Dengan demikian, angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi. Dari beberapa bukunya, al-Khawarizmi mewariskan beberapa istilah matematika yang masih banyak dipergunakan hingga kini. Seperti sinus, kosinus, tangen dan kotangen.
Karya-karya al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku aljabar tersebut, al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki, dijelaskan, dan dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ia dijuluki ”Bapak Aljabar.”
Bahkan, menurut Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of al-Khawarizmi’s Algebra, al-Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan “Bapak Aljabar” dibandingkan dengan Diophantus, karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya.
Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Namun, beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan itu merupakan hasil pemikiran mereka.
Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Buku astronominya yang mahsyur adalah Kitab Surah al-Ard (Buku Gambaran Bumi). Buku itu memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab itu secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius Ptolomaeus (100–178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut dikoreksi dan dibetulkan oleh al-Khawarizmi dalam bukunya Zij as-Sindhind sebelum ia menyusun Kitab Surah al-Ard.
Selain ahli di bidang matematika, astronomi, dan geografi, Al-Khawarizmi juga seorang ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan pula teori seni musik. Pengaruh buku itu sampai ke Eropa dan dianggap sebagai perkenalan musik Arab ke dunia Latin. Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar pada zamannya, Al-Khawarizmi meninggal pada 262 H/846 M di Baghdad.
Setelah al-Khawarizmi meninggal, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan; suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya.
Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini berutang budi kepada al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya konsep Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah satu karya Islam di dunia Internasional.

SANG PROKLAMATOR Ir SOEKARNO

Ir Soekarno dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan juga sebagai Pahlawan Proklamasi, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta. Saat ia lahir dinamakan Koesno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.


Biografi Presiden Soekarno

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".

Biografi Presiden Soekarno

Detik Detik Kematian Sang Presiden
- Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.

- Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.

- Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.

- Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

- Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu

- Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.

- “Pak, Pak, ini Ega…”

- Senyap.

- Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.

- Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.

- Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.

- Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.

- Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil
membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.

- “Hatta.., kau di sini..?”

- Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.

- “Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”

- Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.

- Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?

- Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.

- Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.

- Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.

- “No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.

- Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.

- Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

- Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.

- Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.

- Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.

- Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.

- Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.

- Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.

- Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.

Isu di bunuh secara perlahan

Banyak Keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan mungkin bisa dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang segalanya diatur secara ketat dan represif oleh Presiden Soeharto. Bung Karno ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama saudara laki-laki Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini membuatnya amat menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat bebas mengunjunginya.

Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin dr. Mahar Mardjono, yang tidak dapat ditukar dengan obat. Ada tumpukan resep di sebuah sudut di tempat penahanan Bung Karno. Resep-resep untuk mengambil obat di situ tidak pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno memang dibiarkan sakit dan mungkin dengan begitu diharapkan oleh penguasa baru tersebut agar bisa mempercepat kematiannya.

Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.

Biografi Presiden Soekarno

Kata Kata Bijak Soekarno
  1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]
  2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
  3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
  4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
  5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
  6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
  7. ……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……
  8. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
  9. Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
  10. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
  11. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.

Sumber :
- http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6776934
- http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6776934
- http://zheyfive.blogspot.com/2012/06/kata-bijak-ir-soekarno.html
- http://artofthinking2.blogdetik.com/2012/05/19/10-kata-kata-bijak-ir-soekarno/

Minggu, 27 Januari 2013

MANAQIB HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI AT TUSI RA

 AWLIYA KABIR QUTUBUZZAMAN AL GHAZALI RA


Qutubuzzaman Imam Al Arif Billah Muhammad bin Muhammad Al Ghazali At Tusi
Ulama yang terhimpun padanya ilmu syariat dan Hakikat
Imam Al Qutubuzzaman Al ‘Arif Billah Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali At Tusi , terkenal dengan gelaran agung Hujjatul Islam karena jasanya yang besar di dalam menjaga islam dari pengaruh ajaran bid’ah dan aliran rasionalisme yunani. Beliau lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan 1059 M di Ghazalah suatu kota kecil yang terletak di Thus wilayah Khurasah yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia islam.

Imam Abu Hamid Muhammad dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana, ayahnya adalah seorang pengrajin wol sekaligus sebagai pedagang hasil tenunannya, dan taat beragama, mempunyai semangat keagamaan yang tinggi, seperti terlihat pada simpatiknya kepada ‘ulama dan mengharapkan anaknya menjadi ‘ulama yang selalu memberi nasihat kepada umat.



Itulah sebabnya, ayahnya sebelum wafat menghantar imam al-Ghazali dan adiknya Imam Ahmad, yang ketika itu masih kecil kepada sahabat ayahnya, seorang waliyullah dan ahli sufi untuk mendapatkan bimbingan dan didikan.Meskipun dibesarkan dalam keadaan keluarga yang sederhana, itu tidak menjadikan beliau merasa rendah atau malas, justeru beliau bersemangat tinggi dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, sehingga kemudian beliau menjelma menjadi seorang ‘ulama besar dan seorang sufi.

TENTANG NAMA BELIAU :

Ini adalah bukti cinta para ulama terhadap beliau sehinggakan nama beliau menjadi perbincangan dalam medan ilmu. Berkenaan hal ini Para Ulama nasab berselisih pendapat dalam penyandaran nama Imam Ghozali ra. Sebagian berpendapat bahwa penyandaran nama beliau ra. kepada daerah Ghazalah di Thusi tempat kelahiran beliau . Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Fayumi dalam kitab Mishbahul munir. Tetapi Ibnu Assam`ani menolak pendapat yang pertama ini dan berkata : " Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al-Ghozalah, dan mereka mengingkari keberadaannya."

Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pekerjaan dan keahlian keluarganya yaitu menenun, sehingga nisbatnya ditasydid ( Al-Ghozzali ) demikian pendapat Ibnu Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi : " Tasydid dalam Al-Ghozzali adalah yang benar ".
Tetapi yang dijadikan sandaran Para Ahli Nasab Mutaakhirin adalah pendapat Ibnu Atsir dengan Tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya. ( Thobaqot Asy-Syafi`i`yyah dan Siyar A`lam Nubala Adz Dzahabi )

MENUNTUT ILMU

Imam Ghazali memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya di Thus. Ayahnya mengajar beliau Al-qur’an dan dasar-dasar ilmu keagamaan yang lain. Beliau juga menuntut ilmu dengan sahabat karib ayahnya, seorang waliyullah dan ahli tasawuf.Imam al Ghazali dalam perjalanan menuntut ilmunya mempunyai banyak masyaikh.

Dalam ilmu hadith antaranya ialah Imam Abu Sahl Muhammad Ibn Abdullah Al Hafsi, beliau mengajar imam Al Ghozali dengan kitab Sohih bukhori. Imam Abul Fath Al Hakimi At Thusi mengajarnya Sunan Abi Daud. Imam Abdullah Muhammad Bin Ahmad Al Khawari, mengajarnya kitab Maulid an Nabi dan Imam Abu Al Fatyan ‘Umar Al Ru’asi mengajarnya Sohih Bukhori dan Sohih Muslim.

Begitu pula bidang-bidang ilmu yang lain semuanya dipelajari dan dikuasai imam al-Ghazali seperti usuluddin, usul fiqh, mantiq, falsafah , dan tasawwuf. Beliau belajar bersungguh-sungguh dengan Imam Haramain ,  sampai alim dalam feqah madzhab Syafie , khilaf (perbedaan pendapat), perdebatan, mantik, membaca hikmah, dan falsafah sehinggakan Imam Haramain menganggapnya sebagai "lautan yang luas".

Setelah Imam Haramain wafat , beliau pergi ke Baghdad dan mengajar di Madrasah Nizhamiyah. Di sana, beliau mengarang ilmu Feqah mazhab Syafie seperti kitab al-basith, al- wasith, al-wajiz, dan al- khulasoh. Dalam ushul fiqih pula beliau mengarang kitab al-mustasfa, kitab al- mankhul, bidayatul hidayah, al-ma’lud filkhilafiyah, dan banyak lagi kitab-kitab lain dalam perbagai bidang ilmu.

Antara tahun 465-470 H Imam Al-Ghazali belajar fiqih dan ilmu-ilmu dasar yang lain dari Ahmad Al- Radzaski di Thus, dan dari Abu Nasral Ismailli di Jurjan. Setelah imam al-Ghazali kembali ke Thus, dan selama 3 tahun di tempat kelahirannya, beliau mengaji ulang pelajaran di Jurjan sambil belajar tasawuf kepada Yusuf Al Nassaj (w-487 H). pada tahun itu imam Al-Ghazali berkenalan dengan al-Juwaini dan memperoleh ilmu kalam dan mantiq. Menurut Abdul Ghofur itu Ismail Al- Farisi, imam al-Ghozali menjadi pembahas paling pintar di zamannya. Imam Haramain turut merasa bangga dengan muridnya itu.

Walaupun kemasyhuran telah diraih Imam al Ghazali , beliau tetap setia terhadap gurunya sampai dengan wafatnya pada tahun 478 H. sebelum Al Juwaini wafat, beliau memperkenalkan imam al Ghazali kepada Nidzham Al Mulk, perdana menteri Sultan Saljuk Malik Syah, Nizam , adalah pendiri Madrasah al Nizamiyah. Di Naisabur ini Imam al Ghazali sempat belajar tasawuf kepada Abu Ali Al Faldl Ibn Muhammad Ibn Ali Al Farmadi (w.477 H/1084 M).


Setelah gurunya wafat, Al Ghazali meninggalkan Naisabur menuju negeri Askar untuk berjumpa dengan Nizam al Mulk. Di daerah namanya semakin popular dan disegani karena keluasan ilmunya. Pada tahun 484 H/1091 M, imam al Ghazali diangkat menjadi guru besar di madrasah Nidzhamiyah. Selama megajar di madrasah dengan tekunnya imam al Ghozali mendalami falsafah secara otodidak, terutama pemikiran al Farabi, Ibn Sina Ibn miskawih dan Ikhwan Al Shafa. Penguasaanya terhadap falsafah terbukti dalam karyanya seperti al maqasid falsafah tuhaful al falasiyah.


Pada tahun 488 H/1095 M, imam al Ghazali dilanda keraguan terhadap ilmu-ilmu yang dipelajarinya berkenaan hukum teologi dan falsafah sehingga beliau menderita penyakit selama dua bulan dan sulit diobati. Karena itu, imam al Ghazali tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai guru besar di madrasah nidzhamiyah . Akhirnya beliau meninggalkan Baghdad menuju kota Damaskus, Syria. Di sana beliau melakukan uzlah, riyadah, dan mujahadah selama 2 tahun . Kemudian beliau pihdah ke Baitul Maqdis, Palestin , untuk melakukan ibadah yang serupa. Setelah itu tergerak hatinya untuk menunaikan ibadah haji dan menziarohi Maqam Rosulullah Saw.


Sepulang dari tanah suci, imam al Ghazali mengunjungi kota kelahirannya di Thus, di sinilah beliau tetap berkhalwat selama 10 tahun. Dalam masa itulah beliau menulis karyanya yang terkenal  Ihya ‘Ulumuddin.


MURID-MURIDNYA

Imam Al Ghazali mempunyai banyak murid, karena beliau mengajar di madrasah nidzhamiyah di Naisabur, diantara murid-murid beliau adalah :

1. Abu Thahir Ibrahim Ibn Muthahir Al- Syebbak Al Jurjani (w.513 H).
2. Abu Fath Ahmad Bin Ali Bin Muhammad Bin Burhan (474-518 H), semula beliau bermadzhab Hambali, kemudian setelah beliau belajar kepada imam Ghazali, beliau bermadzhab Syafi’i. Diantara karya-karya beliau al ausath, al wajiz, dan al wushul.
3. Abu Thalib, Abdul Karim Bin Ali Bin Abi Tholib Al Razi (w.522 H), beliau mampu menghafal kitab ihya’ ‘ulumuddin karya imam Ghazali. Disamping itu beliau juga mempelajari fiqh kepada imam Al Ghazali.
4. Abu Hasan Al Jamal Al Islam, Ali Bin Musalem Bin Muhammad Assalami (w.541 H). Karyanya ahkam al khanatsi.
5. Abu Mansur Said Bin Muhammad Umar (462-539 H), beliau belajar fiqh pada imam Al Ghazali sehingga menjadi ‘ulama besar di Baghdad.
6. Abu Al Hasan Sa’ad Al Khaer Bin Muhammad Bin Sahl Al Anshari Al Maghribi Al Andalusi (w.541 H). beliau belajar fiqh pada imam Ghozali di Baghdad.
7. Abu Said Muhammad Bin Yahya Bin Mansur Al Naisabur (476-584 H), beliau belajar fiqh pada imam Al Ghazali, diantara karya-karya beliau adalah al mukhit fi sarh al wasith fi masail, al khilaf.
8. Abu Abdullah Al Husain Bin Hasr Bin Muhammad (466-552 H), beliau belajar fiqh pada imam Al Ghazali. Diantar karya-karya beliau adalah minhaj al tauhid dan tahrim al ghibah.[15]

Hakikatnya Imam al Ghazali memiliki banyak murid. Bahkan diantara murid- murid beliau ramai yang menjadi ulama besar dan mengarang kitab.


KARANGAN


Karangan Imam Al Ghozali mencapai 300 kitab, diantaranya adalah :

1. Maqhasid al falasifah (tujuan para filusuf), sebagai karangan yang pertama dan berisi masalah-masalah filsafah.
2. Tahaful al falasifah (kekacauan pikiran para filusifi) buku ini dikarang sewaktu berada di Baghdad di kala jiwanya di landa keragu-raguan. Dalam buku ini Al Ghazali mengancam filsafat dan para filusuf dengan keras.
3. Miyar al ‘ilmi/miyar almi (kriteria ilmu-ilmu).
4. Ihya’ ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun ,dalam keadaan berpindah-pindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi panduan fiqih, tasawuf dan filsafat.
5. Al munqiz min al dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al Ghazali sendiri dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai tuhan.
6. Al-ma’arif al-aqliyah (pengetahuan yang nasional)
7. Miskyat al anwar (lampu yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf.
8. Minhaj al abidin (jalan mengabdikan diri terhadap tuhan).
9. Al iqtishad fi al i’tiqod (moderisasi dalam aqidah).
10. Ayyuha al walad.
11. Al musytasyfa
12. Ilham al –awwam an ‘ilmal kalam.
13. Mizan al amal.
14. Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak orang-orang baik dan kesalamatan dari kejahatan).
15. Assrar ilmu addin (rahasia ilmu agama).
16. Al washit (yang pertengahan) .
17. Al wajiz (yang ringkas).
18. Az-zariyah ilaa’ makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang mulia)
19. Al hibr al masbuq fi nashihoh al mutuk (barang logam mulia uraian tentang nasehat kepada para raja).
20. Al mankhul minta’liqoh al ushul (pilihan yang tersaing dari noda-noda ushul fiqih).
21. Syifa al qolil fibayan alsyaban wa al mukhil wa masalik at ta’wil (obat orang dengki penjelasan tentang hal-hal samar serta cara-cara penglihatan).
22. Tarbiyatul aulad fi islam (pendidikan anak di dalam islam)
23. Tahzib al ushul (elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
24. Al ikhtishos fi al ‘itishod (kesederhanaan dalam beri’tiqod).
25. Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam menafsirkan al qur’an).

WAFAT

Imam al-Ghazali wafat pada pagi Isnin, 14 Jamadilakhir 505H/19 Disember 1111M di Tus dengan kitab hadis di atas dadanya. Jenazah beliau dikebumikan di makam al-Tabaran, bersebelahan dengan makam penyair besar yang terkenal, Firdausi.

Maqam  Imam al-Ghazali yang sebenar telah dijumpai oleh para arkeologi Khurasan pada tahun 1995 di Tus.

Abul Fajar al-Jauzi dalam kitabnya mengatakan : Adik Imam al-Ghazali, Ahmad menceritakan saat menjelang ajal abangnya: “Pada waktu subuh hari Isnin, abangku Abu Hamid mengambil wuduk lalu bersolat. Kemudian beliau berkata: “Bawakan kain kapanku,” lalu diambil dan dicium serta diletakkan di mata sambil berkata lagi: “Aku patuh dan taat untuk masuk kepada malaikat.” Kemudian al-Ghazali mengunjurkan kakinya dan menghadap ke kiblat dan wafat sebelum matahari terbit.”

Diceritakan bahawa Syeikh Abul Hasan al-Syadzili bermimpi bahawa dia melihat Nabi s.a.w. menunjukkan Imam al-Ghazali kepada Nabi Musa dan Isa, sambil bertanya kepada kedua mereka :

 “Adakah terdapat orang alim yang bijaksana dalam umat anda berdua?” 

Jawab keduanya :

 “Tidak ada.”


AL FATIHAH


Wallohu Ta`alaa A`lam